Thursday 17 March 2011

pelecehan seksual

Pelecehan seksual sudah sering diberitakan dalam televisi, kadang dalam bentuk pemerkosaan maupun bentuk-bentuk pencabulan lainnya. Mendefinisikan pelecehan seksual tidak harus selalu berkaitan dengan hal pelanggaran persetubuhan. Ia dapat berupa tindakan-tindakan yang mengarah pada muatan seksual, bahkan dalam bentuk guyonan sekali pun.
Dalam undang-undang, yang termasuk dalam pelecehan seksual di antaranya pencabulan maupun persetubuhan dengan wanita di bawah umur. Bahkan dalam kenyataannya, pelecehan ini tampil dalam bentuk sodomi, sadomasokis, maupun hal-hal ringan yang sering kali tidak kita sadari.
Pelecehan biasanya meninggalkan satu pihak yang dirugikan, entah itu dalam hubungan pertemanan maupun hubungan percintaan. Mengenali bentuk-bentuk pelecehan seksual merupakan jalan yang bisa kita ambil agar kita dapat menghindarinya. Pelecehan seksual bisa kita kategorikan sebagai kekerasan simbolik karena dilakukan secara halus dan memiliki dampak yang berkepanjangan.
Kekerasan Simbolik
Perilaku manusia yang dikategorikan sebagai bentuk kekerasan tidak harus selalu tampil secara sadis, ia bisa tampil secara halus bahkan tak terlihat. Itulah yang disebut dengan kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik ini biasanya berjalan dalam hubungan yang represif, hubungan antara dua orang atau lebih di mana ada pihak yang mendominasi dan ada pihak yang terdominasi.
Berbeda dengan pemerkosaan maupun pencabulan, kekerasan simbolik tidak hanya berhubungan dengan fisik semata. Ia berhubungan dengan batin manusia di mana berakibat pada gejala-gejala psikologis yang terus menerus.
Pemerkosaan dan pencabulan memang menimbulkan akibat yang berkelanjutan, entah itu depresi, stres, maupun pada tingkat yang lebih ekstrem, yakni bunuh diri. Sedangkan kekerasan simbolik terjadi secara natural dan tidak disadari oleh yang mengalaminya.
Kekerasan simbolik ini akan terus direproduksi dalam hubungan pria dan wanita, entah itu melalui pernikahan atau hubungan pacaran. Biasanya salah satu pihak selalu ingin menguasai yang lainnya. Hubungan simbolik ini sering kali terjadi dalam keadaan konflik.
Bentuk Kekerasan
Pelecehan seksual yang bisa dikategorikan sebagai kekerasan simbolik misalnya; pemaksaan kepada seseorang untuk mengenakan pakaian seksi, mengotak-atik gambar pria maupun wanita sehingga menjadi bahan tertawaan, menjadikan bagian tubuh vital sebagai bahan guyonan, menyenggol dengan sengaja, memaksa untuk melakukan hubungan seks (walaupun itu terhadap pasangan sah), juga mengintimidasi fisik secara halus.
Dalam hubungan suami istri misalnya, seorang suami mencubit perut sang istri karena terlihat gemuk. Dari tindakan suami itu, sang istri merasa gundah, lalu ia buru-buru rajin olahraga, ikut klub kebugaran, dan rajin diet. Tindakan yang dilakukan sang istri ini biasanya berjalan secara alamiah, seolah ia didorong oleh kesadaran, tetapi sebenarnya ia didorong atas kegundahan karena tindakan suaminya.
Bentuk lain misalnya, pemaksaan suami terhadap istri untuk melakukan hubungan badan, sehingga sang istri harus berpura-pura mencapai titik orgasme untuk memuaskan suaminya. Atau penolakan istri terhadap suami karena suaminya dianggap lemah syahwat atau tidak punya kekuatan seksual.
Reproduksi kekerasan seksual ini terjadi karena pandangan umum yang masih terus dipertahankan. Pria selalu dianggap superior sementara wanita dianggap inferior, atau pria dianggap pencari sementara perempuan dianggap pemuas. Bentuk ini biasanya muncul ketika seseorang memandang wanita hanya dari segi seksual semata.
Lebih parahnya lagi, reproduksi kekerasan simbolik dalam bentuk seksual ini dipertahankan dalam media massa, terutama majalah. Playboy adalah bentuk paling ekstrem dari reproduksi kekerasan simbolik, sementara bentuk yang lebih sederhana biasanya tampil dalam majalah-majalah wanita.
Banyak majalah wanita yang menampilkan rubrik dalam bentuk artikel, wawancara, maupun konsultasi mengenai bagaimana cara memuaskan pasangan (how to make our man happy). Hubungan intim seolah menjadi hubungan perhambaan yang satu kepada yang lainnya, perhambaan wanita terhadap pria. Bukankah ini merupakan bentuk pelecehan.
Saat ini memang sulit untuk menganalisis mana yang termasuk kekerasan simbolik, sebab secara alamiah proses ini tersembunyi melalui proses hubungan, proses konsumsi produk, serta stereotip yang terus dipertahankan.


diambil dari http://www.anneahira.com/pelecehan-seksual.htm

No comments:

Post a Comment