Thursday 27 October 2011

Prihatin tingkat tinggi akan kondisi Indonesia saat ini. 
Coba lihat bagaimana keadaan Papua sekarang. Lihat kondisi masyarakat di perbatasan. 
Apa kasus Sipadan dan Linggitan masih belum menyadarkan mereka? 
Sekarang, ketika Papua terancam lepas kembali dari Indonesia, barulah keluar otonomi khusus. Ingin rasanya berteriak, TERLAMBAT. Tapi berteriak pada siapa? Menurut saya, adanya otonomi khusus bisa mendorong daerah-daerah lain untuk ikut memberontak; maksudnya, kalau Papua saja akhirnya mendapatkan apa yang mereka inginkan, kenapa mereka tidak? Saya pribadi juga pasti capek kalau terus-terusan mengungkapkan apa yang diinginkan, kalau terus meminta apa yang sebenarnya patut didapatkan dan tidak ada tanggapan apapun akan hal ini. 
Saya masih berharap akan datangnya pemerintahan yang dapat memperbaiki keadaan saat ini (ya, saya adalah salah satu orang yang nantinya akan ambil bagian secara konkret dalam kehidupan berbangsa dan bernegara) sehingga tiap orang dapat hidup dengan lebih layak. 
Masih banyak sekali hal yang perlu dibenahi; Lumpur Lapindo, masalah komodo, banyaknya situs yang perlu digali dan dirawat dengan baik, ribuan kebudayaan yang harus dilestarikan, KKN yang menggila, kondisi mengecewakan pendidikan anak-anak Indonesia, ketidakadilan dimana-mana, banyaknya kasus yang perlu diusut (penculikan mahasiswa pro demokrasi, pembunuhan Munir, penindaklanjutan akan pelanggaran berat Hak Asasi Manusia), tidak beresnya badan sensor Indonesia, rasisme dan pelanggaran akan kebebasan beragama dan berkepercayaan, isu akan terjadinya kerusuhan, dan masih banyak masalah yang tidak akan cukup disebutkan disini.  
Ingin rasanya melarikan diri dan berlagak buta tuli akan semua masalah ini. Tapi melarikan diri tidak akan menyelesaikan masalah. Sudah terlalu banyak orang yang melarikan diri, tidak bertanggungjawab akan apa yang sudah mereka lakukan. 
Masihkah tiap orang mempunyai hati nurani yang masih berfungsi, masihkah ada orang yang peduli akan nasib bangsa ini? Apa yang bisa dilakukan untuk mempersatukan kita semua, memajukan bangsa ini? 
Tak jarang saya merasa bahwa kemerdekaan yang selama ini digembar-gemborkan hanyalah sesuatu yang fiktif belaka. Kita masih berada dalam penjajahan yang lebih berbahaya karena penjajah ini mengancam pikiran dan hati kita. Mematikan kekritisan dan kepedulian. Saya merasa ada sekumpulan orang yang seperti 'tak sudi' masyarakat Indonesia pintar atau kritis. Seperti orang dari Lembaga Sensor Film, mereka menyensor adegan-adegan yang 'berbau seks' tanpa memikirkan untuk menyensor adegan kebodohan yang diumbar di banyak sekali film. Dengan adanya lembaga ini, saya berpendapat bahwa mereka sengaja tidak menyiapkan masyarakat untuk menjadi pintar. Ada kepentingan-kepentingan lain yang bersembunyi dibalik kepentingan 'menjaga moral dan susila bangsa,' kata Ayu Utami. Padahal tugas utama mereka adalah memotong adegan yang dianggap membawa pengaruh buruk bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Mereka tidak khawatir akan adegan-adegan kebodohan yang banyak disiarkan itu.  
Bagaimana masalah lumpur Lapindo yang sampai sekarang belum ada pemecahannya? Bagaimana dengan adanya wakil menteri dan tidak sesuainya posisi menteri karena mereka ditempatkan di bidang yang bukan merupakan spesialisasi mereka? Politik dagang sapi yang berperan dalam membentuk Indonesia masa kini. 
Bagaimana nasib para koruptor? Remisi yang terus-menerus, dan proses peradilan yang tidak adil dimata rakyat. Bandingkan dengan seorang nenek yang diadili karena memetik beberapa buah kakao dan dijatuhi hukuman penjara selama 1,5 bulan. Ia harus meminjam uang untuk pergi ke tempat pengadilan. Bayangkan juga akan masih adanya anak yang tidak dapat sekolah karena tidak mempunyai seragam. Bahkan di Ibukota banyak anak berseragam dan bersekolah tapi ia sebenarnya tidak begitu ingin bersekolah. Andaikan ada alat yang dapat mengukur kesungguhan dan tekad-ingin-maju seseorang. 
Berkacalah, Indonesia. Bermetamorfosislah dan berubahlah menjadi lebih baik. 

No comments:

Post a Comment